1.      Sejarah Islam di Aceh
Berdasarkan Seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh yang berlangsung di Banda Aceh pada tahun 1978, dinyatakan bahwa kerajaan Islam pertama adalah Perlak, Lamuri, dan Pasai.
Masa kerajaan Islam merupakan salah satu dari periodesisasi perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini karena lahirnya kerajaan Islam yang disertai berbagai kebijakan dari penguasanya saat itu sangat mewarnai sejarah Islam di Indonesia. Terlebih-lebih, agama Islam juga pernah dijadikan sebagai agama resmi negara / kerajaan pada saat itu.

2.      Kerajaan Islam di Aceh
a.       Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan ini berdiri pada abad ke-10 M/3 H. Raja pertamanya adalah Al-Malik Ibrahim bin Mahdum; yang kedua bernama Al-Malik al-Shaleh, dan yang terakhir kerajaan Islam pertama di Indonesia (daerah Aceh). Namun ada juga yang menyatakan bahwa kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Perlak, tetapi tidak banyak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung fakta sejarah ini.


The concept of Southeast Asia as a political entity emerged almost by accident from World War II when, at the Quebec Conference in August 1943, the Western Allies decided to establish a separate South East Asia Command (SEAC), embracing Burma, Malaya, Sumatra and Thailand. The Potsdam Conference in July 1945 extended SEAC's responsibility to cover the rest of the Netherlands East Indies and Indochina south of the sixteenth parallel, excluding only northern Vietnam, the Philippines and Laos.
This military expedient provided a cohesive framework for a region which had never previously been seen as a distinct geopolitical area. No single empire had dominated the whole region in pre-colonial times. At the outbreak of the Pacific war, apart from Thailand, Southeast Asia comprised a collection of colonies and protectorates under the tutelage of Western imperial powers. And even Thailand's sovereignty and freedom of international action were limited. The external relations of the region were determined as part of each metropolitan country's foreign policy, without heed to pre-colonial feuds or friendships.
Although the period of consolidated colonial rule in Southeast Asia was comparatively brief, it produced fundamental effects not only on the various subject states but on their relationships with each other and the outside world after independence. Occasionally colonial rule strengthened existing political structures and tried to take over their regional relationships, but more often Western rule had the opposite effect. The divisiveness was most notable in the separation of Sumatra and the Malay
peninsula by the Anglo-Dutch treaties of 1824 and 1871. Elsewhere it smothered bitter feuds such as the traditional enmity between Burma and Thailand, or stemmed age-old developments like the southern expansionof the Vietnamese people and the waning of Cambodia. Often it encouraged the immigration of people from outside the region, notably Chinese and Indians who found opportunities in the colonial economies.
While there were stirrings of nationalism before World War II, the similarities of the imperial experience did not provide a stimulus for co-operation, and nationalism developed at a varied pace and in different forms in the individual countries.
The closest to a regional association before World War II was the Nanyang Chinese National Salvation Movement. The Chinese term 'Nanyang' or Southern Ocean had long been in use but acquired a new significance as Nationalist China tried to bind its overseas compatriots together in the service of the motherland. The Nanyang Chinese National Salvation Movement, which reached its zenith in 1938 in opposing the Japanese invasion of China, had its headquarters in Singapore and branches throughout Southeast Asia. For a short time Japanese aggression against China drew the Nanyang Chinese together in unprecedented unity. This was not proof against the political and cultural divisions within the Chinese community, but the concept—or spectre—of the Nanyang Chinese was a potent force in shaping postwar regional policies and attitudes of newly independent states.
Other external ideological and religious influences exerted some sway at certain periods but were generally divisive. Communism in Southeast Asia was fragmented and weak after the disastrous communist revolt in Java in 1926, followed by the split between the Kuomintang and the Chinese Communist Party in 1927 and the failure of the Comintern to establish an effective Nanyang Communist Party. The pan-Islamic movement, which played a dominant role in early Indonesian nationalism, lost credibility with the downfall of Sarekat Islam in the 1920s, while international Buddhism could not transcend ethnic and sectarian differences.
Yet despite the divisions, Western imperialism stamped a pattern across Southeast Asia. After wars of resistance by subject people and friction among the colonial powers themselves during the early days of their takeover, by the twentieth century territorial boundaries were clearly delineated and civil wars were over. Western imperialism brought peace and stability to the region, which was broken only by occasional upheavals, such as the Saya San rebellion in Burma. The various colonial regimes had many similar features: secular administration, a modernized bureaucracy and judiciary, Western-educated elites, an urban middle class, and economies partially geared to the international world system.
The colonial pattern was shattered by the Japanese invasion and interregnum. The Japanese Greater East Asia Co-prosperity Sphere, in whichSoutheast Asia was to play a vital role, proved to be more a political firebreak than a catalyst for regional cohesion. It disrupted colonial economies and political administrations without substituting an enduring new system. Nations emerging in the postwar world had to establish their own identity and create a new regional order. The variety of ethnic, cultural and religious differences added complexity to the situation, as did the revival of some traditional issues. Once more the region came under the influence of its powerful neighbours, India and China, which were themselves  undergoing great changes. Southeast Asia was drawn into the superpower struggle between the United States and the Soviet Union. And later still it was to fall under the economic influence of Japan

Sumber :
The Cambridge History of Southeast Asia Volume Two; hal. 586, _______ , Cambridge Press; New York, 1992.
A. Sekilas tentang Kerajaan Pagaruyung


Kerajaan Pagaruyung adalah sebuah Kerajaan Melayu yang pernah berdiri, meliputi provinsi Sumatera Barat sekarang dan daerah-daerah di sekitarnya. Nama kerajaan ini dirujuk dari Tambo yang ada pada masyarakat Minangkabau, yaitu nama sebuah nagari yang bernama Pagaruyung dan juga dapat dirujuk dari inskripsi cap mohor Sultan Tangkal Alam Bagagar dari Pagaruyung yaitu pada tulisan beraksara Jawi dalam lingkaran bagian dalam yang berbunyi sebagai berikut: Sultan Tangkal Alam Bagagar ibnu Sultan Khalīfatullāh yang mempunyai tahta kerajaan dalam negeri Pagaruyung Dārul Qarār Johan Berdaulat Zillullāh fīl 'Ālam. Kerajaan ini runtuh pada masa Perang Padri, setelah ditandatanganinya perjanjian antara Kaum Adat dengan pihak Belanda yang menjadikan kawasan Kerajaan Pagaruyung berada dalam pengawasan Belanda.
Sebelumnya kerajaan ini tergabung dalam Malayapura, sebuah kerajaan yang pada Prasasti Amoghapasa disebutkan dipimpin oleh Adityawarman, yang mengukuhkan dirinya sebagai penguasa Bhumi Malayu di Suwarnabhumi. Termasuk pula di dalam Malayapura adalah kerajaan Dharmasraya dan beberapa kerajaan atau daerah taklukan Adityawarman lainnya.

B. Penamaan Sumatera Barat
Siapa sih yang nggak kenal dengan Sumatera Barat pada zaman ini? tapi beberapa abad yang lalu tidak ada yang mengenal apa itu Sumbar, Mereka hanya mengenal Pagaruyuang atau Minangkabau.
Saya terfikir untuk menulis dibagian ini kenapa sih harus namanya harus Sumbar? ternyata nama Sumbar itu mulai dipakai penduduk yang mendiami wilayah tersebut mulai pada zaman pendudukan penjajahan belanda dengan nama Pantai Barat Sumatera. dengan Ibukota pemukiman Kota Padang.

C. Pandangan Orang Batak, Terhadap Kerajaan Pagaruyuang.
kembali ke Topik pembahasan, batak adalah suatu suku atau kaum yang mendiami Sumatera Utara sekarang. Meskipun daerah yang didiami oleh Orang Batak pada zaman Kerajaan Pagaruyuang bukan merupakan wilayah dari kekuasaannya tapi Orang Batak, yang hidup terpencil sekalipun, mereka sangat Hormat terhadap raja pagaruyuang, Seperti yang tertulis dalam buku Anthonby Reid.
"orang batajk meski berjiwa bebas, tetapi memiliki rasa hormat yang tinggi dan kepatuhan yang membabi buta kepada raja-raja minangkabau, sanak keluarga dan para utusannya, mereka percaya hidup mereka tidak akan selamat, padi mereka akan terserang hama, kerbau mereka akan mati, dan mereka akan selalu termakan kutukan, jika perasaan utusan-utusan suci tersinggung"
apa maksud dari Utusan Sucit tersebut
maksudnya adalah raja minangkabau diyakini oleh sebahagian besar penduduk sebagai salah satu utusan atau keturunan dari tiga ahli waris dunia, yaitu keturunan dari Iskandar Zulkarnaen


sumber :
Wikipedia.com
Anthony Reid ; Sumatera as Frontier



Salah satu kelemahan dalam menelusuri jejak sejarah di Minangkabau adalah tentang sumber yang tidak otentik atau sumber yang kebenarannya secara ilmiah diragukan, akan tetapi dalam hal lain komunitas Minangkabau sendiri merupakan kumpulan masyarakat yang sangat unik dalam memelihara sejarah mereka, walaupun sejarah tentang hikayat apapun dinegeri ini tidak pernah ditulis secara sistematis dalam satu literatur tertentu akan tetapi pendahulu atau nenek moyang orang Minang mewarisi cerita-cerita yang berkembang dimasyarakat melalui kaba dari mulut kemulut. Kaba ini sangat popular ditengah masyarakat Minang dengan Tambo Alam Minangkabau.


Tidak jauh berbeda dengan sejarah suku-suku yang ada di Minangkabau termasuk sejarah tentang eksistensi suku Jambak yang berkembang disemua pelosok yang ada negeri ini, Merupakan suatu hal yang terkait dengan sejarah perjalanan suku tersebut tidak dapat dipetik dari satu sumber tertentu yang otentitasnya dapat dipercaya, akan tetapi dari perjalanan saya kebeberapa wilayah di Sumaterabarat sampai ke Riau daratan
Siapa yang tidak tahu dengan game stonghold chrusader, itu adalh sebuah game yang menceritakan tentang perab salib, nah inilah sejarahnya dari perang salib tersebut.

Perang Salib Pertama dilancarkan pada 1095 oleh Paus Urban II untuk mengambil kuasa kota suci Yerusalem dan tanah suci Kristen dari Muslim. Apa yang dimulai sebagai panggilan kecil untuk meminta bantuan dengan cepat berubah menjadi migrasi dan penaklukan keseluruhan wilayah di luar Eropa.

Baik ksatria dan orang awam dari banyak negara di Eropa Barat, dengan sedikit pimpinan terpusat, berjalan melalui tanah dan laut menuju Yerusalem dan menangkap kota tersebut pada Juli 1099, mendirikan Kerajaan Yerusalem atau kerajaan Latin di Yerusalem. Meskipun penguasaan ini hanya berakhir kurang dari dua ratus tahun, Perang salib merupakan titik balik penguasaan dunia Barat, dan satu-satunya yang berhasil meraih tujuannya.

Meskipun menjelang abad kesebelas

Pentingnya Sejarah Hukum

Sejarah hukum merupakan salah satu bidang dalam ilmu hukum yang masih baru. Ilmu mengenai sejarah hukum belum terlalu dikenal sehingga belum banyak banyak para peminat hukum yang tertarik untuk mendalami bidang sejarah hukum. Padahal sesungguhnya sejarah hukum memiliki peranan yang penting dalam menunjang perkembangan ilmu hukum serta dalam menunjang seseorang untuk dapat dengan mudah memahami ilmu hukum.

Artikel ini tidak dimaksudkan untuk mengupas tuntas kajian mengenai sejarah hukum. Oleh karena sejarah hukum juga merupakan bagian dari sejarah pada umumnya, sehingga obyek kajian dalam sejarah hukum juga  cukup luas. Artikel ini hanya dimaksudkan sebagai pengantar yang sedikit menggambarkan mengenai pentingnya dan bagaimana ilmu mengenai sejarah hukum itu sendiri.
Terdapat setidak 4 hal yang menjadi manfaat mempelajari sejarah hukum, menurut John Gillisen dan  Frist Gorle, antara lain:
Bismillaahirrahmaanirrahiim. . . . .
Sudan merupakan sebuah negara yang terletak di Benua Afrika. Islam tersebar di Sudan dengan tenang dan secara bertahap. Di sana telah memerintah kerajaan-kerajaan Islam, seperti kerajaan Fuwang (Mesir tengah dan timur, 911-1237 H / 1505-1821 M), kerajaan Darfur di wilayah barat (850 - 1293 H / 1446 - 1876 M), dan kerajaan Sudan Utara (911 - 1236 H / 1505 - 1820 M). Muhammad Ali telah menundukkan sebagian besar wilayah Sudan pada tahun 1237 H / 1821 M.

Lalu muncul gerakan Al-Mahdiyah pada masa antara tahun 1299 - 1317 H / 1881 - 1899 M, di mana Muhammad Ahmad Abdullah mengumumkan dirinya sebagai al-Mahdi (imam) yang ditunggu untuk membangkitkan umat ini. Dia diikuti banyak orang dan menguasai mayoritas negeri ini sampai kemudian gerakannya dikalahkan oleh tentara Mesir dibawah kepemimpinan Inggris pada tahun 1317 H / 1899 M. Lalu, berlaku dua kekuasaan seperti disebut dalam Mausu'ah al-Tarikh al-Islami karya


Kata Minangkabau mengandung banyak pengertian. Minangkabau dipahamkan sebagai sebuah kawasan budaya, di mana penduduk dan masyarakatnya menganut budaya Minangkabau. Kawasan budaya Minangkabau mempunyai daerah yang luas. Batasan untuk kawasan budaya tidak dibatasi oleh batasan sebuah propinsi. Berarti kawasan budaya Minangkabau berbeda dengan kawasan administratif Sumatera Barat.

Minangkabau dipahamkan pula sebagai sebuah nama dari sebuah suku bangsa, suku Minangkabau. Mempunyai daerah sendiri, bahasa sendiri dan penduduk sendiri.
Minangkabau dipahamkan juga sebagai sebuah nama kerajaan masa lalu, Kerajaan Minangkabau yang berpusat di Pagaruyung. Sering disebut juga kerajaan Pagaruyung, yang mempunyai masa pemerintahan yang cukup lama, dan bahkan telah mengirim utusan-utusannya sampai ke negeri Cina. Banyaknya pengertian yang dikandung kata Minangkabau, maka tidak mungkin melihat Minangkabau dari satu pemahaman saja.

Membicarakan Minangkabau secara umum mendalami sebuah suku bangsa dengan latar belakang sejarah, adat, budaya, agama, dan segala aspek kehidupan masyarakatnya. Mengingat hal seperti itu, ada dua sumber yang dapat dijadikan rujukan dalam mengkaji Minangkabau, yaitu sumber dari sejarah dan sumber dari tambo. Kedua sumber ini sama penting, walaupun di sana sini, pada keduanya ditemui kelebihan dan kekurangan, namun dapat pula saling melengkapi.

Menelusuri sejarah tentang Minangkabau, sebagai satu cabang dari ilmu pengetahuan, maka mesti didasarkan bukti-bukti yang jelas dan otentik. Dapat berupa peninggalan-peninggalan masa lalu, prasasti-prasasti, batu tagak (menhir), batu bersurat, naskah-naskah dan catatan tertulis lainnya. Dalam hal ini, ternyata bukti sejarah lokal Minangkabau termasuk sedikit.

Banyak catatan dibuat oleh pemerintahan Hindia Belanda (Nederlandsche Indie), tentang Minaangkabau atau Sumatera West Kunde, yang amat memerlukan kejelian di dalam meneliti. Hal ini disebabkan, catatan-catatan dimaksud dibuat untuk kepentingan pemerintahan Belanda, atau keperluan dagang oleh Maatschappij Koningkliyke VOC.

Tambo atau uraian mengenai asal usul orang Minangkabau dan menerakan hukum-hukum adatnya, termasuk sumber yang mulai langka di wilayah Minangkabau sekarang. Sungguhpun, penelusuran tambo sulit untuk dicarikan rujukan seperti sejarah, namun apa yang disebut dalam tambo masih dapat dibuktikan ada dan bertemu di dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.

Tambo diyakini oleh orang Minangkabau sebagai peninggalan orang-orang tua. Bagi orang Minangkabau, tambo dianggap sebagai sejarah kaum. Walaupun, di dalam catatan dan penulisan sejarah sangat diperhatikan penanggalan atau tarikh dari sebuah peristiwa, serta di mana kejadian, bagaimana terjadinya, bila masanya, dan siapa pelakunya, menjadikan penulisan sejarah otentik. Sementara tambo tidak terlalu mengutamakan penanggalan, akan tetapi menilik kepada peristiwanya. Tambo lebih bersifat sebuah kisah, sesuatu yang pernah terjadi dan berlaku.

Tentu saja, bila kita mempelajari tambo kemudian mencoba mencari rujukannya sebagaimana sejarah, kita akan mengalami kesulitan dan bahkan dapat membingungkan. Sebagai contoh; dalam tambo Minangkabau tidak ditemukan secara jelas nama Adhytiawarman, tetapi dalam sejarah nama itu adalah nama raja Minangkabau yang pertama berdasarkan bukti-bukti prasasti.

Dalam hal ini sebaiknya sikap kita tidak memihak, artinya kita tidak menyalahkan tambo atau sejarah. Sejarah adalah sesuatu yang dipercaya berdasarkan bukti-bukti yang ada, sedangkan tambo adalah sesuatu yang diyakini berdasarkan ajaran-ajaran yang terus diturunkan kepada anak kemenakan.

Minangkabau menurut sejarah

Banyak ahli telah meniliti dan menulis tentang sejarah Minangkabau, dengan pendapat, analisa dan pandangan yang berbeda. Tetapi pada umumnya mereka membagi beberapa periode kesejarahan; Minangkabau zaman sebelum Masehi, zaman Minangkabau Timur dan zaman kerajaan Pagaruyung. Seperti yang ditulis MD Mansur dkk dalam Sejarah Minangkabau, bahwa zaman sejarah Minangkabau pada zaman sebelum Masehi dan pada zaman Minangkabau Timur hanya dua persen saja yang punya nilai sejarah, selebihnya adalah mitologi, cerita-cerita yang diyakini sebagai tambo.

Prof Slamet Mulyana dalam Kuntala, Swarnabhumi dan Sriwijaya mengatakan bahwa kerajaan Minangkabau itu sudah ada sejak abad pertama Masehi.

Kerajaan itu muncul silih berganti dengan nama yang berbeda-beda. Pada mulanya muncul kerjaan Kuntala dengan lokasi sekitar daerah Jambi pedalaman. Kerajaan ini hidup sampai abad ke empat. Kerajaan ini kemudian berganti dengan kerajaan Swarnabhumi pada abad ke lima sampai ke tujuh sebagai kelanjutan kerajaan sebelumnya. Setelah itu berganti dengan kerajaan Sriwijaya abad ke tujuh sampai 14.

Mengenai lokasi kerajaan ini belum terdapat kesamaan pendapat para ahli. Ada yang mengatakan sekitar Palembang sekarang, tetapi ada juga yang mengatakan antara Batang Batang Hari dan Batang Kampar. Candi Muara Takus merupakan peninggalan kerajaan Kuntala yang kemudian diperbaiki dan diperluas sampai masa kerajaan Sriwijaya. Setelah itu muncul kerajaan Malayapura (kerajaan Melayu) di daerah yang bernama Darmasyraya (daerah Sitiung dan sekitarnya sekarang). Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari kerajaan Sriwijaya. Kerajaan ini kemudian dipindahkan oleh Adhytiawarman ke Pagaruyung. Sejak itulah kerajaan itu dikenal dengan kerajaan Pagaruyung.

Menurut Jean Drakar dari Monash University Australia mengatakan bahwa kerajaan Pagaruyung adalah kerajaan yang besar, setaraf dengan kerajaan Mataram dan kerajaan Melaka. Itu dibuktikannya dengan banyaknya negeri-negeri di Nusantara ini yang meminta raja ke Pagaruyung, seperti Deli, Siak, Negeri Sembilan dan negeri-negeri lainnya.

Minangkabau menurut tambo.

Dalam bentuk lain, tambo menjelaskan pula tentang asal muasal orang Minangkabau. Tambo adalah satu-satunya keterangan mengenai sejarah Minangkabau. Bagi masyarakat Minangkabau, tambo mempunyai arti penting, karena di dalamtambo terdapat dua hal:

(1) Tambo alam, suatu kisah yang menerangkan asal usul orang Minangkabau semenjak raja pertama datang sampai kepada masa kejayaan kerajaan Pagaruyung.
(2) Tambo adat, uraian tentang hukum-hukum adat Minangkabau. Dari sumber inilah hukum-hukum, aturan-aturan adat, dan juga berawalnya sistem matrilineal dikembangkan.

Di dalam Tambo alam diterangkan bahwa raja pertama yang datang ke Minangkabau bernama Suri Maharajo Dirajo. Anak bungsu dari Iskandar Zulkarnain. Sedangkan dua saudaranya, Sultan Maharaja Alif menjadi raja di benua Rum dan Sultan Maharajo Dipang menjadi raja di benua Cina. Secara tersirat tambo telah menempatkan kerajaan Minangkabau setaraf dengan kerajaan di benua Eropa dan Cina. Suri Maharajo Dirajo datang ke Minangkabau ini, di dalam Tambo disebut pulau paco lengkap dengan pengiring yang yang disebut; Kucing Siam, Harimau Campo, Anjiang Mualim, Kambiang Hutan.

Masing-masing nama itu kemudian dijadikan “lambang” dari setiap luhak di Minangkabau. Kucing Siam untuk lambang luhak Tanah Data, Harimau Campo untuk lambang luhak Agam dan Kambiang hutan untuk lambang luhak Limo Puluah. Suri Maharajo Dirajo mempunya seorang penasehat ahli yang bernama Cati Bilang Pandai.

Suri Maharajo Dirajo meninggalkan seorang putra bernama Sutan Maharajo Basa yang kemudian dikenal dengan Datuk Katumanggungan pendiri sistem kelarasan Koto Piliang. Puti Indo Jalito, isteri Suri Maharajo Dirajo sepeninggalnya kawin dengan Cati Bilang Pandai dan melahirkan tiga orang anak, Sutan Balun, Sutan Bakilap Alam dan Puti Jamilan. Sutan Balun kemudian dikenal dengan gelar Datuk Perpatih Nan Sabatang pendiri kelarasan Bodi Caniago.

Datuk Katumanggungan meneruskan pemerintahannya berpusat di Pariangan Padang Panjang kemudian mengalihkannya ke Bungo Sitangkai di Sungai Tarab sekarang, dan menguasai daerah sampai ke Bukit Batu Patah dan terus ke Pagaruyung.

Maka urutan kerajaan di dalam Tambo Alam Minangkabau adalah:

(1) Kerajaan Pasumayan Koto Batu,
(2) Kerajaan Pariangan Padang Panjang
(3) Kerajaan Dusun Tuo yang dibangun oleh Datuk Perpatih Nan Sabatang
(4) Kerajaan Bungo Sitangkai
(5) Kerajaan Bukit Batu Patah dan terakhir
(6) Kerajaan Pagaruyung.

Menurut Tambo Minangkabau, kerajaan yang satu adalah kelanjutan dari kerajaan sebelumnya. Karena itu, setelah adanya kerajaan Pagaruyung, semuanya melebur diri menjadi kawasan kerajaan Pagaruyung.

Kerajaan Dusun Tuo yang didirikan oleh Datuk Perpatih Nan Sabatang, karena terjadi perselisihan paham antara Datuk Ketumanggungan dengan Datuk Perpatih nan Sabatang, maka kerajaan itu tidak diteruskan, sehingga hanya ada satu kerajaan saja yaitu kerajaan Pagaruyung. Perbedaan paham antara kedua kakak beradik satu ibu ini yang menjadikan sistem pemerintahan dan kemasyarakatan Minangkabau dibagi atas dua kelarasan, Koto Piliang dan Bodi Caniago.

Dari uraian tambo dapat dilihat, bahwa awal dari sistem matrilineal telah dimulai sejak awal, yaitu dari “induknya” Puti Indo Jalito. Dari Puti Indo Jalito inilah yang melahirkan Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sabatang. Namun, apa yang diuraikan setiap tambo punya berbagai variasi, karena setiap nagari punya tambo.

Dr. Edward Jamaris yang membuat disertasinya tentang tambo, sangat sulit menenyukan pilihan. Untuyk keperluan itu, dia harus memilih salah satu tambo dari 64 buah tambo yang diselidikinya. Namun pada umumnya tambo menguraikan tentang asal usul orang Minangkabau sampai terbentuknya kerajaan Pagaruyung.


Asal usul perkataan Melayu masih belum dapat disahkan oleh sejarawan.
Bagaimanapun terdapat beberapa bukti sejarah yang cuba mengaitkan asal-usul bahasa Melayu, seperti mana berikut:
1.  Catatan orang China yang menyatakan bahawa sebuah kerajaan Mo-lo-yeu mempersembahkan hasil bumi kepada raja China sekitar 644-645    Masihi.
Dikatakan orang Mo-lo-yeu mengirimkan Utusan ke negara China untuk mempersembahkan hasil-hasil bumi kepada raja China.
2. Ada yang mempercayai kerajaan Mo-lo-yeu berpusat di daerah Jambi, Sumatera , daripada sebatang sungai yang deras alirannya, iitu Sungai Melayu.
3. Satu lagi catatan orang China ialah catatan rahib Buddha bernama I-Tsing yang menggunakan kata ma-lo-yu tentang dua buah kerajaan yang dilawatinya sekitar 675 Masihi.
4. Dalam bahasa Jawa Kuno, perkataan ``Mlayu'' bermaksud berlari atau mengembara. Hal ini boleh dipadankan dengan orang Indo-Melayu (Austonesia) yang bergerak dari Yunan.


Asal Usul Bangsa Melayu
Dipercayai berasal daripada golongan Austronesia di Yunan.
Kumpulan pertama dikenali sebagai Melayu Proto.
Berpindah ke Asia Tenggara pada Zaman Batu Baru (2500 Sebelum Masihi)
Keturunannya Orang Asli di Semenanjung Malaysia, Dayak di Sarawak dan Batak di Sumatera.
Kumpulan kedua dikenali sebagai Melayu Deutro
Berpindah ke Asia Tenggara pada Zaman Logam kira-kira 1500 Sebelum Massihi.
Keturunannya orang Melayu di Malaysia
Dikatakan lebih bijak dan dan mahir daripada Melayu Proto.
Bijak dalam bidang astronomi, pelayaran dan bercucuk tanam.
Bilangan lebih banyak daripada Melayu Proto.
Menduduki kawasan pantai dan lembah di Asia Tenggara.
Orang ini, kumpulan pertama dan kedua, dikenali sebagai Austronesia.
Bahasa-bahasa yang terdapat di Nusantara sekarang berpunca daripada bahasa Austronesia ini.

Nik Safiah Karim menerangkan bahawa bahasa Austronesia ialah satu rumpun bahasa dalam filum bahasa Austris bersama-sama dengan rumpun bahasa Austroasia dan Tibet-China (rujuk carta alir di atas).
Bahasa Melayu termasuk dalam bahasa-bahasa Golongan Sumatera bersama-sama dengan bahasa-bahasa Acheh, Batak, Minangkabau, Nias, Lampung dan Orang Laut.

Perkembangan Bahasa Melayu
Ahli bahasa membahagikan perkembangan bahasa Melayu kepada tiga tahap utama iaitu:
  • Bahasa Melayu Kuno,
  • Bahasa Melayu Klasik dan
  • Bahasa Melayu Moden.

Bahasa Melayu Kuno
Merupakan keluarga bahasa Nusantara
Kegemilangannya dari abad ke-7 hingga abad ke-13 pada zaman kerajaan Sriwijaya, sebagai lingua franca dan bahasa pentadbiran.
Penuturnya di Semenanjung, Kepulauan Riau dan Sumatera.
Ia menjadi lingua franca dan sebagai bahasa pentadbiran kerana:
  • Bersifat sederhana dan mudah menerima pengaruh luar.
  • Tidak terikat kepada perbezaan susun lapis masyarakat
  • Mempunyai sistem yang lebih mudah berbanding dengan bahasa Jawa.
Banyak dipengaruhi oleh sistem bahasa Sanskrit. Bahasa Sanskrit kemudian dikenal pasti menyumbang kepada pengkayaan kosa  kata dan ciri-ciri keilmuaan (kesarjanaan) Bahasa Melayu.
Bahasa Melayu mudah dipengaruhi Sanskrit kerana:
  • Pengaruh agama Hindu
  • Bahasa Sanskrit terletak dalam kelas bangsawan, dan dikatakan mempunyai hierarki yang tinggi.
  • Sifat bahasa Melayu yang mudah dilentur mengikut keadaan dan keperluan.
Bahasa Melayu kuno pada batu-batu bersurat abad ke-7 yang ditulis dengan huruf Pallawa:
  • Batu bersurat di Kedukan Bukit, Palembang (683 M)
  • Batu bersurat di Talang Ruwo, dekat Palembang (684 M)
  • Batu bersurat di Kota Kampur, Pulau Bangka (686 M)
  • Batu bersurat di Karang Brahi, Meringin, daerah Hulu Jambi (686 M)
Bahasa Melayu kuno pada batu bersurat di Gandasuli, Jawa Tengah (832 M) ditulis dalam huruf Nagiri.
Ciri-ciri bahasa Melayu kuno:
  • Penuh dengan kata-kata pinjaman Sanskrit
  • Susunan ayat bersifat Melayu
  • Bunyi b ialah w dalam Melayu kuno (Contoh: bulan - wulan)
  • bunyi e pepet tidak wujud (Contoh dengan - dngan atau dangan)
  • Awalan ber- ialah mar- dalam Melayu kuno (contoh: berlepas-marlapas)
  • Awalan di- ialah ni- dalam bahasa Melayu kuno (Contoh: diperbuat - niparwuat)
  • Ada bunyi konsonan yang diaspirasikan seperti bh, th, ph, dh, kh, h (Contoh: sukhatshitta)
  • Huruf h hilang dalam bahasa moden (Contoh: semua-samuha, saya: sahaya)

Peralihan Bahasa Melayu Kuno Ke Bahasa Melayu Klasik
Peralihan ini dikaitkan dengan pengaruh agama Islam yang semakin mantap di Asia Tenggara pada abad ke-13.
Selepas itu, bahasa Melayu mengalami banyak perubahan dari segi kosa kata, struktur ayat dan tulisan.
Terdapat tiga batu bersurat yang penting:
a. batu bersurat di Pagar Ruyung, Minangkabau (1356)
  • ditulis dalam huruf India
  • mengandungi prosa melayu kuno dan beberapa baris sajakm Sanskrit.
  • bahasanya berbeza sedikit daripada bahasa batu bersurat abad ke-7.
b. Batu bersurat di Minye Tujuh, Acheh (1380)
  • masih memakai abjad India
  • buat pertama kalinya terdapat penggunaan kata-kata Arab seperti kalimat nabi, Allah dan rahmat
c. batu bersurat di Kuala Berang, Terengganu (1303-1387)
  • ditulis dalam tulisan Jawi
  • membuktikan tulisan Arab telah telah digunakan dalam bahasa Melayu pada abad itu.
Ketiga-tiga batu bersurat ini merupakan bukti catatan terakhir perkembangan bahasa Melayu kerana selepas abad ke-14, muncul kesusasteraan Melayu dalam bentuk tulisan.

Bahasa Melayu Klasik
Kegemilangannya boleh dibahagikan kepada tiga zaman penting:
  • Zaman kerajaan Melaka
  • Zaman kerajaab Acheh
  • Zaman kerajaan Johor-Riau
Antara tokoh-tokoh penulis yang penting ialah Hamzah Fansuri, Syamsuddin al-Sumaterani, Syeikh Nuruddin al-Raniri dan Abdul Rauf al-Singkel.
Ciri-ciri bahasa klasik:
  • ayat: panjang,  berulang, berbelit-belit.
  • banyak ayat pasif
  • menggunakan bahasa istana
  • kosa kata klasik: ratna mutu manikam, edan kesmaran (mabuk asmara), sahaya, masyghul (bersedih)
  • banyak menggunakan perdu perkataan (kata pangkal ayat): sebermula, alkisah, hatta, adapun.
  • ayat songsang
  • banyak menggunakan partikel ``pun'' dan `'lah''

Bahasa Melayu Modern
Bermula pada abad ke-19. Hasil karangan Munsyi Abdullah dianggap sebagai permulaan zaman bahasa Melayu moden.
Sebelum penjajahan Beritish, bahasa Melayu mencapai kedudukan yang tinggi, berfungsi sebagai bahasa perantaraan, pentadbiran, kesusasteraan, dan bahasa pengantar di pusat pendidikan Islam.
Selepas Perang Dunia Kedua, British merubah dasar menjadikan bahasa Inggeris sebagai pengantar dalam sistem pendidikan.
Semasa Malaysia mencapai kemerdekaan, Perlembagaan Persekutuan Perkara 152 menetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan.
Akta Bahasa Kebangsaan 1963/1967 menetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa rasmi negara. Laporan Razak 1956 mencadangkan bahasa Melayu sebagai pengantar dalam sistem pendidikan negara.

sumber : tutor.com

Jenghis Khan (bahasa Mongolia: Чингис Хаан), juga dieja Genghis Khan, Jinghis Khan, Chinghiz Khan, Chinggis Khan, Changaiz Khan, dll, nama asalnya Temüjin, juga dieja Temuchin atau TiemuZhen, (sek. 1162 - 18 Agustus 1227) adalah khan Mongol dan ketua militer yang menyatukan bangsa Mongolia dan kemudian mendirikan Kekaisaran Mongolia dengan menaklukkan sebagian besar wilayah di Asia, termasuk utara Tiongkok (Dinasti Jin), Xia Barat, Asia Tengah, Persia, dan Mongolia. Penggantinya akan meluaskan penguasaan Mongolia menjadi kekaisaran terluas dalam sejarah manusia. Dia merupakan kakek Kubilai Khan, pemerintah Tiongkok bagi Dinasti Yuan di China.

Kehidupan awal
Jenghis Khan dilahirkan dengan nama Temüjin sekitar tahun 1162 dan 1167, anak sulung Yesügei, ketua suku Kiyad (Kiyan). Sedangkan nama keluarga dari Yesügei adalah Borjigin (Borjigid). Temujin dinamakan seperti nama ketua musuh yang ditewaskan ayahnya.

Temujin lahir di daerah pegunungan Burhan Haldun, dekat dengan sungai Onon dan Herlen. Ibu Temujin, Holun, berasal dari suku Olkhunut. Kehidupan mereka berpindah-pindah layaknya seperti penduduk Turki di Asia Tengah. Saat Berumur 9 tahun, Temujin dikirimkan keluar dari sukunya karena ia akan jodohkan kepada Borte, putri dari suku Onggirat. Ayah Temujin, Yesugei meninggal karena diracuni suku Tartar tepat pada saat ia pulang setelah mengantar Temujin ke suku Onggirat.

Temujin pun dipanggil pulang untuk menemui ayahnya. Yesugei memberi pesan kepada Temujin untuk membalaskan dendamnya dan menghancurkan suku Tartar di masa depan. Kehidupan Temujin bertambah parah setelah hak kekuasaannya sebagai penerus kepala suku direbut oleh orang lain dengan alasan umur Temujin yang masih terlalu muda. Temujin dan keluarganya diusir dari sukunya karena ia ditakuti akan merebut kembali hak kekuasaannya atas suku Borjigin. Hidup Temujin dan keluarganya sangat menderita. Dengan perbekalan makanan yang sangat terbatas, Ia dan adik-adiknya hidup dengan cara berburu. Pada saat ia menginjak remaja, kepala suku Borjigin mengirimkan pasukan untuk membunuh Temujin.
Temujin berhasil tertangkap dan ditawan oleh musuhnya, namun ia berhasil kabur dari tahanan dan dengan pertolongan dari orang-orang yang masih setia kepada Yesugei. Pada saat menginjak dewasa, Temujin berjuang dan mengumpulkan kekuatannya sendiri.

Latar perjuangan
Menyatukan Mongolia
Temujin mempunyai teman baik yang juga merupakan saudara angkatnya, yang bernama Jamukha. Ia pernah berkali-kali ditolong oleh Jamukha, yang merupakan keturunan dari suku Jadaran. Bersama-sama dengan saudara angkatnya, Temujin berhasil merebut kembali hak kekuasaannya atas sukunya dan juga perserikatan Mongolia yang didirikan ayahnya dahulu. Waktu demi waktu, wilayah Temujin menjadi semakin besar, yang dilakukan dengan cara menghancurkan musuh-musuhnya dan menggabungkan suku-suku dalam perserikatan Mongolia. Musuh terbesar Temujin dalam sejarah ternyata adalah saudara angkatnya sendiri, Jamukha, yang sering mengadu-domba Temujin dengan suku-suku lainnya, termasuk ayah angkat Temujin sendiri yang bernama Wang Khan. Setelah Temujin berhasil menyisihkan musuh-musuhnya dan melaksanakan perintah almarhum ayahnya, Yesugei, ia kemudian juga berhasil membalaskan kematian nenek-moyangnya, yang dibunuh oleh kerajaan Jin. Temujin kemudian diangkat menjadi Khan dengan gelar Jenghis Khan; yang artinya "Khan dari Segala-galanya".

Memerangi kerajaan Jin
Nenek-moyang kerajaan Jin berasal dari suku Jurchen. Suku Jurchen berhasil menguasai wilayah utara Cina selama lebih dari 100 tahun. Hal ini akan menjadi kesulitan besar untuk Jenghis Khan dalam menunaikan tugasnya. Kerajaan Jin memiliki jumlah pasukan yang hampir mendekati jutaan jiwa (lebih dari 10 kali lipat dari pasukan Jenghis Khan pada waktu itu). Mereka hidup aman dibalik tembok kerajaan yang besar dan susah untuk diserang. Jenghis Khan berhasil meruntuhkan semangat perang dan kekuataan kerajaan Jin dalam berbagai peperangan. Salah satunya adalah perang di Tebing Serigala Liar, dimana Jenghis Khan yang hanya memiliki pasukan tidak lebih dari 100.000 tentara berhasil membabat pasukan musuh yang besarnya lebih dari setengah juta jiwa. Kejayaan Jenghis Khan terbukti dari keberhasilannya dalam merebut ibukota kerajaan Jin, Dadu, yang sekarang ini menjadi Beijing. Para seniman (artis), ahli senjata (terutama ahli senjata berat/siege weapon), dan barang berharga, semuanya dibawa kembali ke Mongolia sebagai budak dan rampasan perang.

Invasi ke Timur Tengah
Sejarah mencatat invasi yang dipimpin oleh Jenghis Khan sendiri dengan ratusan ribu tentara terpilih ke Kerajaan Khawarezmia yang pada waktu itu menguasai seluruh wilayah Timur Tengah diawali dengan pedagang Mongolia yang dibunuh dan harta mereka dirampas oleh panglima Khawarizmi yang serakah. Keserakahan itu membawa bencana bagi bangsanya. Jenghis Khan berhasil menawan dan menghukum mati panglima tersebut dengan cara menuangkan logam panas ke matanya. Kerajaan Khawarizmi menderita kerugian yang tidak terhitung. Amarah Jenghis Khan bertambah setelah cucu kesayangannya terbunuh. Populasi rakyat Timur Tengah berkurang hingga 10%, dan wilayah Mongolia pun bertambah luas sampai kebagian barat benua Asia.

Sejarah pernah mencatat bahwa pada saat Jenghis Khan mundur kembali ke Mongolia, ia sempat memerintahkan dua jendral terbaiknya, Jebe dan Subotai Baatur untuk menyelidiki daerah barat dan membasmi sisa musuh sampai ke wilayah Russia. Jebe dan Subotai pernah menginjak daratan Eropa pada saat itu, dan mengalami konfrontasi dan menghancurkan pasukan Salib yang hendak menyerang wilayah Arab. Sumber konfrontasi itu diperkirakan terjadi karena pasukan Salib dari Eropa mengira pasukan Mongol adalah pasukan Arab.
Wilayah Timur Tengah kemudian dibagi-bagi dan dikuasai oleh putra-putra Jenghis Khan.

Akhir hidup Jenghis Khan
Jenghis Khan yang sudah berumur tua dipaksa untuk memimpin pasukan untuk menghancurkan kekhalifahan Abbasiyah untuk kesekian kalinya, namun ketidak-cakapan para pasukan dan seringnya melakukan mabuk-mabukan memperlemah pasukan militernya. Ia meninggal dalam perjalanan karena terjatuh dari kuda dan dirahasiakan oleh panglima-panglima setianya sampai musuh berhasil ditaklukan. Kuburan Jenghis Khan dirahasiakan agar tidak dirusak oleh orang lain. Kekuasaan Mongol diwariskan kepada putra ketiganya, Ogadai Khan. Alasan Jenghis Khan menunjuk putra ketiganya untuk meneruskan tahta warisnya, disebabkan oleh keahlian yang dimiliki Ogadai Khan dalam bernegoisasi, memimpin negara dan sifatnya yang tidak sombong (tidak seperti kedua kakaknya yang sering bertempur satu sama lain).

Mongolia setelah Jenghis Khan
Ogodei Khan
Ogodei Khan, anak ketiga yang menjadi Khan Agung, bukan hanya berhasil dalam mempertahankan wilayah Mongolia yang telah dibangun oleh ayahnya, namun ia berhasil memperluas kekuasaannya dengan menghancurkan kerajaan Jin untuk terakhir kalinya, serta memerintahkan panglimanya untuk memperluas kekuasaan di wilayah Eropa. Wilayah Russia, Polandia, serta Hungaria berhasil dikuasai oleh Mongolia. Pasukan gabungan yang dipimpin oleh Henry dari Silesia tergabung dari pasukan Hungaria, Polandia, dan Jerman (Kekaisaran Suci Romawi) yang terdiri dari pasukan Teutonik terbantai tak bersisa dalam perang di Leignitz. Sejarah Eropa mencatat kekejaman dan teror besar yang dilakukan oleh kerajaan Mongolia atas rakyat Eropa. Pasukan Mongolia baru menghentikan perluasan wilayah mereka di Eropa setelah mendengar kematian Ogodei Khan. Negara-negara Eropa memilih untuk memberikan upeti kepada kerajaan Mongolia daripada mengambil risiko untuk melawan Mongolia. Eropa bahkan memohon bantuan Mongolia untuk menghancurkan Arab. Sebagian wilayahnya kemudian akan menjadi Dinasti Yuan di bawah Kublai Khan, anak Tolui Khan

Tolui Khan
Tolui Khan, anak termuda, mewarisi tanah Mongolia yang relatif kecil. Anaknya, Kubilai Khan, akan mendirikan Dinasti Yuan.

Chagatai Khan
Chagatai Khan, anak kedua, diberi Asia Tengah dan Iran utara, mendirikan Kekhanan Chagatai.

Batu Khan
Batu Khan adalah anak Jochi Khan, anak tertua Jenghis Khan yang telah mati sebelum kematian Jenghis Khan. Warisan tanah yang sekiranya diwarisi oleh Jochi, yakni Rusia, diberikan oleh kedua anaknya, Batu Khan dan Orda Khan, yang keduanya, beserta 12 saudara mereka lainnya, mendirikan Ulus Jochi (Golden Horde)

Setelah kematian Ogodei Khan, Mongolia dikuasai oleh Batu Khan yang memiliki visi lain dalam memperluas kerajaan Mongolia. Ia mengirimkan pasukan untuk menguasai tanah Arab yang sebelumnya dikuasai oleh Eropa, seperti Damaskus dan kota-kota lainnya. Pasukan Eropa mengirimkan bantuan pada saat mereka merebut kota Yerusalem. Pasukan Mongolia tercatat dalam sejarah memperluas kekuasaannya sampai ke wilayah Mesir. Setelah kematian Batu Khan, pasukan Mongolia menghentikan agresi militernya ke arah barat.

Kubilai Khan
Mongolia pada saat kekuasaan Kubilai Khan berhasil memperluas wilayah sampai seluruh Cina, Korea, Burma, Vietnam, dan Kamboja. Pasukan Mongolia pernah melakukan agresi militer ke Jepang dan Jawa (Kerajaan Singasari), namun tidak berhasil.

Dominasi global
Mongolia berjuang untuk membawa nama baik bangsanya dengan prinsip yang telah diajarkan oleh pahlawan mereka, yaitu Jenghis Khan. Sejarah dunia mencatat bahwa Mongolia adalah satu-satunya negara yang kekuasaannya mendekati dominasi atas seluruh dunia (global domination). Kekuasaannya waktu itu adalah: China, Mongolia, Russia, Korea, Vietnam, Burma, Kamboja, Timur Tengah, Polandia, Hungaria, Arab Utara, dan India Utara.

Sumber: Wikipedia Indonesia

Benarkah orang Indian berasal dari Asia? Dengan cara bagaimanakah mereka sampai di sana? Apakah bahasa dan peradaban orang Indian di Amerika Utara dan Amerika Selatan sama atau berbeda-beda? Apakah mereka bercampur dengan keturunan bangsa lain, apa agama mereka? Apakah ada perlakuan khusus oleh pemerintah Amerika terhadap orang Indian? Bagaimana peranan mereka dalam pemerintahan?

Para ahli memang menduga orang Indian Amerika berasal dari Asia. Mereka diperkirakan datang sekitar 20 ribu hingga 35 ribu tahun yang lalu, melalui tanah genting yang menghubungkan Siberia dengan Alaska.

Tanah genting itu sudah tenggelam karena naiknya permukaan air laut dan kini menjadi Selat Bering. Dugaan ini dilandaskan pada kenyataan bahwa tidak pernah ditemukan fosil cikal-bakal manusia purba di benua Amerika, padahal fosil-fosil yang ditemukan di tempat lain menunjukkan bukti kuat terjadinya evolusi primata menjadi manusia.

Dugaan ini diperkuat oleh kenyataan bahwa bangsa Indian termasuk ras Mongoloid dengan ciri-ciri rambut hitam lurus, kulit coklat kemerah-merahan, mata hitam, tubuh tidak banyak berbulu,tulang pipi menonjol, dan wajah pada umumnya lebar.

Budaya dan bahasa orang Indian berbeda-beda antara satu kawasan dengan kawasan yang lain. Ada yang memiliki peradaban tinggi seperti yang terlihat dari peninggalan suku Aztec dan Inca dan ada pula yang memiliki budaya sangat primitif. Begitupun dalam hal bahasa, sangat beragam.

Di Amerika Serikat saja misalnya, terdapat sekitar 400 bahasa Indian yang digunakan oleh kira-kira 500 suku dan sub-suku. Suku yang satu tidak memahami bahasa yang dipakai suku lainnya.

Mengenai percampuran dengan bangsa lain: di benua Amerika bagian tengah dan selatan yang lazim disebut Amerika Latin percampuran darah Indian dan kulit-putih, terutama Spanyol dan Portugis, sudah berlangsung ratusan tahun.

Keturunan campuran ini yang disebut mestis kini merupakan mayoritas penduduk negara-negara Amerika Tengah seperti Honduras, Nikaragua dan El Salvador. Di Amerika Selatan, negara-negara yang mayoritas penduduknya campuran Indian dan pendatang adalah: Venezuela, Colombia, Ecuador, Peru dan Bolivia.

Mengenai agama, di Amerika Tengah dan Selatan kegiatan penginjilan merupakan salah satu tujuan utama para pendatang Spanyol dan Portugis ratusan tahun yang lalu. Sebab itu tidak mengherankan jika sebagian besar keturunan Indian dan campuran di kedua wilayah ini memeluk agama Katolik atau Kristen lainnya. Tetapi sebagian penduduk asli Indian yang hidup terpencil masih menganut animisme.

Peranan keturunan Indian dalam pemerintahan sudah tentu lebih besar di negara-negara yang mayoritas penduduknya Indian atau campuran Indian. Banyak sekali mereka yang menjadi pejabat tinggi negara.

Mengenai perlakuan istimewa, di Amerika Serikat di wilayah-wilayah khusus yang diperuntukkan bagi suku-suku Indian yang disebut wilayah reservasi, orang Indian menjalankan pemerintahan sendiri. Para kepala suku dan anggota majelis suku yang dipilih secara demokratis mewakili suku dalam perundingan menyangkut air, manajemen tanah, dan soal-soal lain dengan pemerintah federal, negara-bagian dan lokal.

Mereka juga memiliki sistem peradilan sendiri. Pemerintah federal Amerika Serikat melalui Biro Urusan Indian memberi bantuan di bidang pendidikan, perawatan kesehatan, pembangunan perumahan, pembinaan badan usaha dsb-nya.

sumber : blogspot